How to Be A Great Mom? [2]

Teh Patra kemudian berbagi tips dan kiat untuk menjadi ibu yang baik. Tips menjadi ibu yang baik :

1. Konsentrasi ke ujung (GOAL)

Jadi ibu itu harus memiliki TUJUAN AKHIR anak akan dijadikan seperti apa, tentukan target! Sisanya itu soal teknis yang tak perlu diributkan. Kebanyakan ibu-ibu sekarang cenderung meributkan hal teknis jadi tidak ada ujungnya. Bukan mengesampingkan soal teknis, itu juga penting, namun ada hal yang lebih penting yaitu tentukan GOAL. Setelah ujungnya selesai, barulah dibreakdown kira-kira teknisnya seperti apa yang pas sesuai dengan karakter anak. Mau kapan diajarkan calistung, makanan yang bagaimana, les apa saja itu akan kelihatan setelah tujuan akhir jelas. Analoginya seperti washing dishes, mau gelas atau piringnya dahulu yang dicuci atau bahkan pancinya dulu itu terserah yang penting selesai dan semua cucian bersih dan wangi. Lalu Teh Patra membocorkan target umum untuk masing-masing anaknya : Hafidz Qur’an, prinsip agama kuat, dan bisa mandiri tanpa menyusahkan orang lain. Dengan target tersebut, dalam bayangan Teh Patra anak-anaknya akan tetap survive dalam kondidi apapun dan menjadi apapun. SubhanaLlah!

 2. Ilmu

Akan selalu ada ilmu baru yang dipelajari untuk ataupun saat menjadi ibu. Sebagai seorang ibu juga harus selalu mengupdate ilmu yang dimiliki. Mulai dari ilmu kerumahtanggaan, manajemen anak, manajemen keuangan, mengaji, ilmu agama hingga ilmu pelajaran untuk anak-anaknya pun perlu diasah. Berdasarkan pengalaman Teh Patra, ibu di mata anak-anaknya sebaiknya :

– Ketika anak masih SD (masih kecil) Ibu harus HEBAT!! Anak harus dibuat bangga akan ibunya, karena setelah anaknya bangga, maka anaknya akan percaya kepada ibunya dan mau belajar dengan ibunya. Perlu sekali pengorbanan di sini, perlu banyak belajar. Kalau bisa bahkan sampai anak berpikir “ I don’t need google, because my mom knows everything!”. Lucu juga ya, tapi mungkin ibunya yang pake google tuh! Haha.

– Ketika anak sudah beranjak lebih besar, saat ilmunya sudah lebih dari kita (ibu), maka peran kita adalah mengarahkan anak. Berpindah peran dari pengajar menjadi manajer. Pada intinya belajar itu proses yang tak akan pernah berhenti, perlu sekali belajar, segala macam ilmu harus dikuasai. Tidak harus sampai level expert tapi minimal sampai bisa.

Akan tetapi, yang perlu ditanamkan kuat pada diri kita adalah anak itu hanya titipan. Masalah anak nanti sukses atau tidaknya dan mau jadi apa nantinya itu bukan tanggungjawab kita. Yang terpenting berusaha semaksimal mungkin dan tidak luput selalu mendoakan anak kita. Tidak perlu membandingkan anak kita anak yang lain, karena setiap anak itu memiliki potensinya masing-masing. Kita harus melatih diri kita untuk ridho terhadap takdir Allah pada anak kita.

Kiat- kiat menjadi ibu yang baik :

1. Tetap menjadi diri sendiri

Sekali lagi ibu yang baik itu bukanlah ibu yang sempurna, karena kalau mau menjadi ibu yang sempurna kita akan selalu stres dan diliputi rasa menyesal. Oleh karena itu tidak perlu kita berbohong dan mengubah karakter ataupun ciri khas kita ketika sudah menjadi ibu. Misalnya hobi naik gunung, ya tidak perlu diubah-ubah bahkan bisa ditularkan kepada anak, diajak refreshing ke alam. Mendengar poin ini, saya langsung bersemangat. Kecuali perubahan-perubahan dari kebiasaan buruk ya, poinnya di sini kita tidak perlu membandingkan diri kita dengan orang lain, jadilah diri kita sendiri selagi itu baik dan tidak melanggar syariat Islam. Noted!

2. Ibu adalah ibu, bukan teman

Memang baik memposisikan diri sebagai teman bagi anak, tetapi ibu tetaplah ibu. Ada saatnya bermain tetapi posisi ibu tetap memegang kendali. Catatannya, anak tidak boleh membantah apa kata ibu selagi itu masih baik. Bagaimana caranya? Nah, kita harus pintar-pintar berstrategi agar anak paham hal ini. “Kalau saya meposisikan diri saya di rumah itu sebagai ratu, sesuai lah dengan nama saya.” – kelakar Teh Patra. Di sinilah tantangannya, menjadi manajer yang dipatuhi tanpa menjadi menyeramkan.

3. Selalu memahami dan mengenali (setiap) anak

Karena setiap anak itu unik, maka perlu pendekatan secara individual pada masing-masing anak (jika memiliki anak lebih dari satu). Nasehat untuk masing-masing anak pasti berbeda. Sangat perlu menggali serta menyalurkan potensi anak kita dengan baik.

4. Menjadi ibu adalah menjadi orang yang paling SABAR

Karena kalau tidak sabar maka anak kita akan belajar sabar dari siapa? Untuk belajar sabar harus perbanyak ibadah dan dekatkan diri dengan Allah. Keimanan kita diuji, dan keimanan lah yang menjadi pegangan kita untuk selalu bisa menyelesaikan segala konflik. Dan sekali lagi, teruslah mendoakan anak, titipkanlah anak pada Pemiliknya.

Setelah sesi sharing pengalaman, dibuka sesi pertanyaan dan ada satu pertanyaan yang sepertinya menarik untuk disimak jawabannya. Bagaimana tips mengajari anak usia remaja tentang benar dan salah, cara menjaga remaja untuk mengambil keputusan? Berikut jawaban dari Teh Patra, yang saat ini anak pertamanya telah memasuki usia remaja yang kabarnya telah memiliki kemampuan menguasai 5 bahasa, Arab, Perancis, Inggris juga termasuk salah satu bahasa pemrograman.

Remaja pada dasarnya tidak mempunyai kemampuan memilih. Anak usia sekitar 12-14 tahun belum bisa berpikir nalar dan tidak bisa kita biarkan memilih pilihan sendiri. Ada hasil riset yang menyebutkan, kebanyakan dari renaja itu masih sok tahu tetapi sudah banyak memilih sendiri. Tips untuk menjaga agar remaja tidak memilih pilihan yang salah :

– Dari kecil perlu sekali didoktrin yang mana yang salah dan dilatih mengenali mana yang salah. Ini perlu sekali, bukan solusi yang baik ketika mengenal yang salah mereka harus mencoba dahulu.

– Punya forum sndiri di rumah. Komunikasi antara orang tua dan anak harus dijaga agar kalau ada apa-apa anak bisa bercerita.

– Tetapi semakin dewasa mereka tidak bisa terus didoktrin, kita bisa memberikan kelonggaran untuk memilih dengan syarat selama tidak melanggar syari’at it’s ok!

– Sering membawa anak-anak pergi liburan.

– Membangun kepercayaan diri pada anak dengan memberikan bekal yang banyak, ditanya mau belajar apa yang tidak kognitif misalnya musik, menyelam, bahasa asing dan lain sebagainya. Kemudian asahlah skill yang diinginkan anak itu hingga bisa digunakan untuk survive.

Terakhir, closing statement yang keren dari Teh Patra, menjadi ibu jangan takut berinovasi, jangan takut bereksplorasi, jangan takut mencoba dan jangan membandingkan dengan orang lain. Beneran deh ya, acara kali ini meskipun sederhana namun dapat membelalakkan mata saya dari awal acara hingga akhir acara. Ternyata gampang-gampang susah menjadi ibu yang keren itu. Waduh kapan ini saya praktek ya? [dikabeast]

About dikabeast

A complex mind in modest personality
This entry was posted in Sharing and tagged , . Bookmark the permalink.

3 Responses to How to Be A Great Mom? [2]

  1. meilia bunda azmi says:

    inspirasi sekali tulisannya teh,,,,

    Like

  2. Pingback: How to Be A Great Mom? [1] | dikabeast

Leave a comment